Rabu, 16 Juni 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA TUNA SUSILA (WTS) TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN PENGGUNAAN KONDOM DI WILAYAH SABURAI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA TUNA SUSILA (WTS) TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN PENGGUNAAN KONDOM
DI WILAYAH SABURAI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010





Oleh :

TRISNA MAHARDIKA
NPM : 085142060





SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
STIKES – MITRA LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
Maret 2010



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut WTS merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, akan tetapi keberadaan tersebut ternyata masih menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pertanyaan apakah Wanita Tuna Susila (WTS) termasuk kaum yang tersingkirkan atau kaum yang terhina, hal tersebut mungkin sampai sekarang belum ada jawaban yang dirasa dapat mengakomodasi konsep Wanita Tuna Susila itu sendiri. Hal ini sebagian besar disebabkan karena mereka tidak dapat menanggung biaya hidup yang sekarang ini semuanya serba mahal.
Prostitusi di sini bukanlah semata-mata merupakan gejala pelanggaran moral tetapi merupakan suatu kegiatan perdagangan. Kegiatan prostitusi ini berlangsung cukup lama, hal ini mungkin disebabkan karena dalam prakteknya kegiatan tersebut berlangsung karena banyaknya permintaan dari konsumen terhadap jasa pelayanan kegiatan seksual tersebut oleh sebab itu semakin banyak pula tingkat penawaran yang di tawarkan.
Di negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini artinya bahwa para perempuan itu adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Karena pandangan semacam ini, para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat. Tetapi orang-orang yang mempekerjakan mereka dan mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan ini tidak mendapatkan cap demikian. (6 Maret 2010 dari http://www.pikiran rakyat.com/)
WTS dewasa ini merupakan salah satu penyebab utama terjangkitnya penyakit menular salah satunya adalah HIV/AIDS. Menurut Badan Organisasi Kesehatan Se-dunia (WHO) bila ditemukan 1 kasus, maka terdapat 100-200 penderita tersembunyi. Setiap hari ribuan anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV, berarti 1 kasus baru HIV setiap 6 detik di seluruh dunia, dari keseluruhan kasus baru 95 % terjadi di negara negara berkembang, karena belum mampu melaksanakan kegiatan penanggulangannya. Pada akhir tahun 2003 terdapat 40 Juta orang terinfeksi HIV/AIDS, di dunia diperkirakan setiap hari 8.219 orang meninggal dunia dan 1.192 meninggal diwilayah Asia fasifik (Ditjen PPM & PL,Depkes RI,2004). Selain HIV Aids, ada banyak jenis PMS yaitu yang paling umum dan paling penting untuk diperhatikan adalah: Gonore, Klamidia, Herpes Kelamin, Sifilis, dan Hepatitis.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, perkiraan para ahli sekitar 80.000 – 120.000 di Indonesia orang dengan HIV/AIDS dan diperkirakan 5 – 10 tahun mendatang 100.000 orang yang meninggal karena AIDS (BKKBN, 2006).
Wanita tunasusila (WTS) di Lampung yang merupakan kelompok berisiko tinggi terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS, masih minim mendapatkan akses informasi penyakit menular dan mematikan itu. Direktur Pelaksana Daerah (Dirpelda) PKBI Lampung, Herdi Mansyah A.I.B., Rabu (20-6), menyebutkan hasil penelitian (need assessment) IMS, HIV/AIDS oleh Sentra Kawula Muda Lampung (Skala) pada April 2007 lalu menunjukkan kenyataan, yakni minimnya akses informasi penyakit itu bagi kelompok berisiko tinggi. Menurut dia, kelompok berisiko tinggi itu juga memiliki kesadaran rendah dalam menggunakan kondom sebagai alat pencegahan IMS, HIV dan AIDS. Dia menyebutkan pula hasil temuannya, yakni kurangnya akses remaja dan kelompok risiko tinggi dalam mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, IMS, HIV dan AIDS.
Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang Sumatera dengan mobilitas penduduk sangat tinggi dari dan menuju Sumatera-Jawa, sehingga cukup kuat terimbas perilaku seksual remaja seperti di Jakarta dan kota besar lain di Pulau Jawa.
Mengutip data laporan Dinas Kesehatan Lampung, pada tahun 2004 terdapat 85 kasus HIV, delapan kasus AIDS. Angka tersebut terus meningkat, pada tahun 2005 menjadi 179 kasus (110 kasus HIV dan 49 kasus AIDS, 20 kasus meninggal).
Kasus HIV/AIDS di Lampung juga mulai ditemukan pada rentang usia 15-19 tahun.
"Kondisi itu menunjukkan adanya kasus keterpaparan HIV yang dimulai pada awal masa remaja, mengingat rentang waktu infeksi HIV hingga menjadi AIDS antara lima hingga tujuh tahun
Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular yang sering ditemukan di Indonesia. Hasil survei pada kelompok resiko tinggi di 27 propinsi di Indonesia periode 1992-1998 menunjukkan angka positif sifilis antara 3,4 - 7,6 %. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual, sehingga pekerja seksual merupakan populasi berperilaku resiko tinggi daalam penularan sifilis. Keberadaan wanita pekerja seksual di Tanjung Karang Kota Bandar Lampung dimungkinkan akan meningkatkan prevalensi sifilis pada masyarakat sekitarnya. Ditambah lagi lokasi prostitusi ini disekitar pusat perdagangan dan pusat pendidikan Provinsi Lampung, sehingga dimungkinkan akan memperluas penyebaran penyakit sifilis ke daerah lain. (Sherris Medical Microbiology (4th ed. ed.). McGraw Hill. Hal. 544–51. ISBN 0-8385-8529-9.)
Berdasarkan hasil presurvey pada tanggal 2 April 2010 di Saburai didapatkan bahwa WTS mengetahui tentang penyakit PMS dan mereka selalu membawa kondom didalam tasnya saat mereka berkerja.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk memilih judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Tuna Susila terhadap Penggunaan Kondom Dengan Penyakit Menular Seksual di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
1. WTS merupakan salah satu penyebab utama terjangkitnya menular salah satunya adalah HIV/AIDS. Menurut Badan Organisasi Kesehatan Se-Dunia (WHO) bila ditemukan 1 kasus, maka terdapat 100-200 penderita tersembunyi.
2. WTS di Lampung merupakan kelompok berisiko tinggi terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS, masih minim mendapatkan akses informasi penyakit menular.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : “Bagaimana tingkat pengetahuan Wanita Tuna Susila terhadap Penggunaan Kondom Dengan Penyakit Menular Seksual di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan WTS tentang Penyakit Menular Seksual dengan Penggunaan Kondom di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengetahuan WTS tentang PMS di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.
b. Diketahui Presentase penggunaan kondom pada WTS di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.
c. Diketahui hubungan antara pengetahuan PMS dengan penggunaan di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.



1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta menerapkan ilmu-ilmu kesehatan yang telah di dapat selama pendidikan di Perguruan Tinggi Mitra Lampung.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Wanita Tuna Susila terhadap Penggunaan Kondom dengan Penyakit Menular Seksual di Saburai Kota Bandar Lampung dan dapat referensi kepustakaan di Perguruan Tinggi Mitra Lampung.
1.4.3 Bagi Responden
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi Wanita Tuna Susila tentang pentingnya penggunaan Kondom di Saburai Kota Bandar Lampung.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, hal tersebut sangat penting, dalam pembentukan prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005:3). Pengetahuan (knowladge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengungkapkan bahwa Tingkat pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Tahu artinya dapat mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real).
d. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi (penilaian) terhadap suatu objek materi atau objek penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau responden.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh (Hurlock, 1998).
2.2 WTS
2.2.1 Pengertian
Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin betina lawan jenis dari wanita adalah pria atau laki-laki. Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga bisa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16-21 tahun disebut juga dengan anak gadis. Perempuan yang memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui (Haryanti. R, 2008).
WTS adalah setiap orang yang memperjualkan seks dengan uang atau dengan bermacam-macam jenis keuntungan kepada siapapun tanpa keterlibatan emosi sama sekali.
WTS adalah salah satu bentuk prilaku yang menyimpang dimasyarakat yaitu prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat. Pengertian pekerja atau buruh, jelas Karmas, yaitu setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Namun, bukan untuk orang-orang yang berprofesi sebagai WTS. Kata “pekerja” sudah bisa dipastikan ada hubungannya dengan lapangan pekerjaan serta orang atau badan hukum yang mempekerjakan dengan standar upah yang dibayarkan. Kemudian, lapangan pekerjaan yang diperbolehkan harus memenuhi syarat-syarat kerja secara normatif yang diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk sistem pengupahan dan keselamatan kesehatan kerja.

2.2.2 Faktor-Faktor yang menyebabkan PSK dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bermoral :
Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang merupakan suatu kegiatan seks yang dianggap tidak bermoral oleh banyak agama. Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan yang berkaitan dengan tugas reproduksi yang tidak seharusnya digunakan secara bebas demi untuk memperoleh uang.
WTS dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan melecehkan nilai sakral perkawinan. Kaum wanita membenci WTS karena dianggap sebagai pecuri cinta dari laki-laki (suami) mereka sekaligus pencuri hartanya.
2.2.3 Ciri khas WTS
Wanita, lawan WTS adalah gigolo (WTS pria), Biasanya cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik Muda, Pakaian mencolok, beraneka warna, eksentrik Teknik seksual mekanistik, cepat, tidak hadir secara psikis Mobile Berasal dari strata ekonomi rendah 60-80 % intelektual normal.


Motif yang melatarbelakangi
Motif yang melatar belakangi seorang wanita menjadi WTS yaitu kesulitan hidup, nafsu seks abnormal, tekanan ekonomi, aspirasi materiil tinggi, kompensasi terhadap perasaan inferior, ingin tahu pada masalah seks, pemberontakan terhadap otoritas orang tua, simbol keberanian dan kegagahan, gadis dari daerah slums dengan lingkungan immoril, bujuk rayu laki-laki dan/calo, stimulasi seksual melalui film, gambar, bacaan, pelayan dan pembantu RT, penundaan perkawinan, disorganisasi dan disintegrasi kehidupan keluarga, mobilitas pekerjaan atau jabatan pria, ambisi besar mendapatkan status sosial ekonomi tinggi, mudah dilakukan, pecandu narkoba, traumatis cinta, ajakan teman, dan tidak dipuaskan pasangan suami

2.2.4 Kategori WTS
Kategori yang dapat dilihat pada wts meliputi, pergundikan, tante girang, gadis penggilan, gadis bar, gadis juvenile delinguent, gadis binal, gadis taksi, penggali emas,hostes atau pramuria, promiskuitas

2.2.5 Penanggulangan prostitusi

2.2.5.1 Preventif
Penyempurnaan UU larangan/pengaturan penyelenggaraan WTS Intensifikasi pendidikan keagamaan Kesibukan untuk penyaluran energi yang positif Memperluas lapangan kerja Pendidikan seks Koordinasi berbagai instansi untuk pencegahan/penyebaran WTS Penyitaan buku, film dan gambar porno Meningkatkan kesejahteraan rakyat
2.2.5.2 Represif dan kuratif (menekan, menghapuskan dan menyembuhkan wanita dari ketunasusilaannya)
Melakukan pengawasan dan kontrol yang sangat ketat terhadap lokalisasi yang sering ditafsirkan sebagai legalisasi Aktivitas rehabilitasi dan resosialisasi Penyempurnaan tempat penampungan dan pembinaan Pemberian pengobatan Membuka lapangan kerja baru Pendekatan keluarga Mencarikan pasangan hidup Pemerataan penduduk dan perluasan lapangan kerja.
2.2.5.3 Peran sebagai petugas kesehatan
Memberikan pelayanan secara sopan seperti melayani pasien-pasien yang lain Belajar membuat diagnosa dan mengobati PMS Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan cobalah menjaga kelangsungan pengadaan obat Cari pengadaan kondom yang cukup dan rutin bagi masyarakat.
Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS dan obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang.

2.2.5.4 Penyakit Menular Seksual
2.2.5.4.1 Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral dan seks anal. Kata penyakit menular seksual semakin banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada arti orang yang mungkin terinfeksi, dan mungkin mengeinfeksi orang lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik dan juga kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun.
PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

2.2.5.4.2 Penyebab
PMS adalah penyakit- penyakit yang dapat ditularkan melalui berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal, seks tanpa pelindung salah satunya kondom, mulai aktif melakukan seksual secara dini, dan penyalahgunaan obat.
2.2.5.4.3 Tanda dan Gejala PMS
Apa saja tanda dan gejala PMS? Oleh karena bentuk dan letak alat kelaminnya yang menonjol, pada laki-laki gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari.
Pada laki-laki gejala-gejala infeksi PMS antara lain:
a. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin
b. Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin
c. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam
d. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
e. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing
f. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk
g. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok
h. Kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus menerus, dan sering demam serta berkeringat malam
Pada perempuan gejala-gejala PMS antara lain:
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah
c. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin
d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
f. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
g. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

2.2.5.4.4 Jenis PMS
Beberapa penyakit menular seksual:
a. Klamidia – klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
b. Gonore – gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan. 40% penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan.
c. Hepatitis B – vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan kanker hati.
d. Herpes – terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan.
e. HIV/AIDS – dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan muda. Virus ini fatal dan menimbulkan rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal.
f. Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.
g. Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
h. Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature. lama sebelum kemudian meninggal.
i. Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.
j. Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
k. Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral dan seks anal. Kata penyakit menular seksual semakin banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada arti orang yang mungkin terinfeksi, dan mungkin mengeinfeksi orang lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik dan juga kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun.
Terkadang, PMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat Asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.
Pada wanita, PMS bahkan tidak dapat terdeteksi. Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain.
Kebanyakan PMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, PMS menghancurkan diding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika PMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. PMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita.
Pada saat ini, klamidia lebih banyak diperhatikan. Seperti halnya gonore, klamidia dapat menyebabkan kemandulan. Herpes menyebabkan gejala-gejala yang bisa muncul dan hilang seumur hidup. Sifilis dapat menyebabkan kerusakan yang berat jika tidak diobati. Sementara AIDS, yang disebabkan oleh HIV menghancurkan sistem kekebalan tubuh, membuat orang sakit dan bahkan meninggal.



Pencegahan PMS
a. Bagi kamu yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan hubungan seksual
b. Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah
c. Hindari hubungan seks yang tidak aman atau beresiko
d. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS
e. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

2.3 Kondom
2.3.1 Pengertian
Masih belum jelas dari mana kata "kondom" berasal. Ada yang menduga kata itu berasal dari sebuah kota bernama Condom yang terletak di provinsi Gascony, sebelah barat daya Prancis. Pria-pria dari kota Condom ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks, kurang sabar, dan gampang marah, kurang lebih seperti karakter tokoh Cyrano de Bergerac dalam drama karya sutradara Edmond Rostrands.
Pendapat lain mengatakan kata kondom diambil dari nama Dr.Condom, seorang dokter asal Inggris yang bergelar Pangeran. Pada pertengahan tahun 1600, ia yang mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King Charles II dari penularan penyakit kelamin.
Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai "sarung".

2.3.2 Manfaat Kondom
Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Biasanya dibuat dari karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh atau berhubungan suami istri).
2.3.3 Jenis Kondom
Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastik (polietilen). Bentuknya ada yang ujungnya rata, ada juga yang ujungnya memiliki penampung untuk penampung sperma. Pada saat ini yang banyak beredar di pasaran adalah bentuk kondom yang memiliki bundaran kecil di ujungnya sebagai penampung sperma. Warnanya ada yang tidak tembus pandang, ada pula yang transparan, dengan berbagai macam warna. Sekarang ini, jenis transparan dengan berbagai macam warna sesuai aroma adalah yang banyak beredar di pasaran. Lubrikasinya ada yang menggunakan minyak silikon, Jelly, bedak atau yang kering. Jelly dan bedak untuk saat ini jarang digunakan pada kondom yang beredar di Indonesia. Ketebalannya kondom memiliki ketebalan yang standar dan tipis. Biasanya orang cenderung memilih yang sangat tipis untuk kenyamanan dalam pemakaian. Permukaannya hem, bergelombang, tidak licin. Sekarang ini permukaan kondom semakin bervariatif. Para produsen kondom lebih kreatif untuk menarik konsumen untuk menggunakan kondom. Misalnya saja sekarang banyak beredar kondom yang bergerigi, berulir dll. Hal ini betujuan untuk menambah sensasi dalam hubungan suami istri yang menggunakan kondom. Spermicida kondom yang beredar ada yang menggunakan spermicida, ada juga yang tidak. Spermicida yang digunakan biasanya nonoxyne-9 atau menfegol. Spermicida berfungsi untuk membunuh sperma. Penggunaan spermicida ini untuk menambah efektifitas kondom sebagai alat kontrasepsi.
2.3.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :




Gambar 1. Kerangka Konsep
2.3.5 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003).

Variabel Dependen Variabel Independen



Gambar 2. Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari penelitian yang kebenarannya masih harus diteliti lebih lanjut (Arikunto, 2002).
Berdasarkan kerangka kerja diatas penulis mengajukan hipotesis yaitu : Bagaimana hubungan pengetahuan WTS tentang Penyakit Menular Seksual dengan Penggunaan Kondom di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskritif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu yang objektif (Notoadmodjo, 2005). Penelitian dilaksanakan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat itu sehingga setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter subjek pada saat penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang Penggunaan Kondom dan Penyakit Menular Seksual di Kota Bandar.

3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu rumusan nyata, pasti tidak membingungkan, rumusan tersebut dapat diobservasi dan diukur, untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti (Notoadmodjo, 2005).
Adapun dalam penelitian ini variabel yang akan di definisikan secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel Definisi Operasional
No Variabel/Sub Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Kriteria
Nilai
Variabel Dependen
A Pengetahuan WTS tentang PMS Kemampuan WTS dalam menjawab pertanyaan
- Pengertian
- Penyebab
- Tanda dan gejala
- Pencgahan
- Cara mengatasi PMS
Angket Kuesioner Nilai 1 apabila Tahu (apabila bisa menjawab pengetahuan tentang PMS)

Nilai 0 : Tidak tahu (apabila bisa menjawab pengetahuan tentang PMS)

Ordinal
Variabel Independen
B Penggunaan Kondom Prilaku WTS dalam upaya menyediakan kondom dan menggunakannya
Angket Kuesioner Menggunakan dan menyediakan kondom nilainya 1

Tidak menggunakan dan menyediakan kondom nilainya 0
Ordinal

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan bulan April di Saburai Bandar Lampung 2010.

3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006) yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Wanita Tuna Susila yang berada di Saburai Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dengan jumlah ± 56 orang.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005).
Menurut Arikunto (2006) sample adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah Wanita Tuna Susuila di Saburai Bandar Lampung dengan teknik pengambilan sampel dengan cara random (secara acak) sebanyak 30 orang dari jumlah populasi yang ada. Dengan kriteria sampel wanita yang bekerja sebagai WTS yang ada di Saburai Bandar Lampung.
3.4.3 Lokasi
Penelitian yang dilakukan di Saburai Bandar Lampung Tahun 2010, dengan alasan lokasi penelitian mudah ditemui dan berada di tengah-tengah kota Bandar Lampung dan jumlah sampel mencukupi.

3.4.4 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Menurut Notoatmodjo (2005) instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan instrumen penelitian kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laboran tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui.



Dalam penelitian ini cara pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Menurut Notoatmodjo (2005) angket adalah suatu pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum.
Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang tentang 8 pertanyaan yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, jenis PMS, pencegahan. Dan 10 pertanyaan yentang kondom.
Cara melakukan pangambilan sampel secara random dengan memberikan angket pertayaan. Kuesioner ini berisi 18 pertanyaan pada setiap item pertanyaan terdapat limat alternatif jawaban, bila benar mendapat skor “1” dan apabila jawaban salah mendapat skor “0”. Untuk kepentingan analisa ditetapkan pula skor tersebut ke dalam kriteria tahu dan tidak tahu.

3.4.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan membagikan kuesioner yang diisi oleh responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bandar Lampung.
3.4.6 Etika Penelitian
Tujuan penelitian harus etik, dalam arti subjek penelitian dan yang lainnya harus dilindungi (Nursalam, 2003).beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi : kerahasiaan, bebas daru penderita, bebas menolak jadi responden, dan perlu surat persetujuan (informed consent). Untuk itu perlu mengajukan izin kepada pihak pengelola tempat hiburan dan subjek yang diteliti dengan bepedoman pada prinsip etik.


3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual sebagai berikut :

1. Editing
Dilakukan pengecekan akan kelengkapan data pada format kuesioner terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendataan ulang.
2. Coding
Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah memasukkan data ke dalam tabel.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan kemudian data dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.
4. Prosesing
Adalah menghitung atau mencatat data yang telah terkumpul, selanjutnya diolah dengan tabel distributif frekuensi.
5. Cleaning
Suatu kegiatan pembersihan data, terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan. Dapat dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel–variabel dan menilai kelogisannya.




2. Analisa Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa secara
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi atau besarnya proposi menurut variabel yang diteliti dan juga berguna untuk mengetahui karakteristik atau gambaran dan variabel dependen dan variabel independen (Arikunto, 1998).

2. Analisis Bivariat
Analisis bivarat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan WTS tentang PMS dengan penggunaan kondom.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dikarenakan kedua vriabel merupakan data kaegorik.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat kemaknaan hubungan antara dua variabel, yaitu:
- Jika probalitas (p value) ≤ 0.05 maka bermakna/signifikan, berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen atau hipotesis (Ho) ditolak.
- Jika probalitas (p value) > 0.05 maka tidak bermakna/signifikan, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho) diterima.











3. Alat dan bahan penelitian
a. Alat
Alat yang digunakan adalah berupa analisa statistik melalui penyebaran angket atau kuesioner.
b. Bahan
Adalah literatur-literatur penunjang yang berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat

4. Jadwal dan Biaya Penelitian
1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan/Minggu
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Skripsi
7 Ujian Skripsi
8 Revisi dan Penjilidan

2. Biaya Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan biaya dari peneliti sendiri