Senin, 20 Mei 2013

KONSEP PENGETAHUAN

KONSEP PENGETAHUAN Dr. Suparyanto, M.Kes Konsep Pengetahuan 1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan (Ensiklopedia bebas berbahasa (2011), Budaya .www. Wikipedia. Co.Id.(download:3 November 20011)). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Ensiklopedia bebas berbahasa (2011), Pengetahuan .www. Wikipedia. Co.Id.(download:3 November 2011)). 2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 tingkat, yakni : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Contoh, menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada. 3 Kriteria Pengetahuan Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi: Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut Nursalam 2008 kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai: a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100% b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56% (Nursalam, 2008). 4 Cara Memperoleh Pengetahuan: 1) Cara tradisional: a) Cara coba-salah (trial and error) b) Cara kekuasaan atau otoritas c) Berdasarkan pengalaman pribadi d) Melalui jalan pikiran 2) Cara modern: a) Metode berfikir induktif b) Metode berfikir deduktif (Notoatmodjo, 2005) . 5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan : 1) Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003) : a) Pendidikan Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. b) Minat Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan. c) Pengalaman Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas. d) Usia Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009). 2) Faktor External menurut Notoatmodjo (2003), antara lain : a) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. b) Informasi Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa. c) Kebudayaan/Lingkungan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. PENGETAHUAN 1. Pengertian Pengetahuan Logika yang sedang kita pelajari adalah ilmu. Dalam bahasa indonesia “ilmu” seimbang dengan “science” dan dibedakan pemakaiannya secara jelas dengan kata “pengetahuan”. Dengan kata lain ilmu dengan pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda secara mendasar. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktifitas mengetahui, yakni tersingkatnya suatu pernyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya. Ketidakraguan merupakan syarat mutlak bagi jiwa untuk dapat dikatakan mengetahui. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata “pengetahuan” dan “ilmu” dari apa yang kita tangkap dari jiwa. Pengetahuan (knowledge) sudah puas menangkap tanpa “ragu” kenyataan sesuatu, sedangkan ilmu atau scince menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut pengetahuan. 2. Pengertian Dan Kriteria Ilmu Pengetahuan Ilmu merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk memperadab dirinya. Ketika manusia merenung tentang apa artinya menjadi seorang manusia,lambat laun mereka sampai pada kesimpulan bahwa mengetahui kebenaran adalah tujuan yang paling utama dari manusia. Perkembangan ilmu pada waktu lampau dan sekarang merupakan jawaban dari rasa keinginan manusia untuk mengetahui kebenaran. Ilmu dapat di anggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Dan seperti juga sistem- sistem yang lainnya mempunyai komponen- komponen yang berhubungan satu sama lainnya. Komponen utama dari sistem ilmu adalah: 1.Perumusan masalah 2.Pengamatan dan diskripsi 3.Penjelasan 4.Ramalan dan kontrol Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu a posteriori, dan kelompok ilmu a periori. Kemenaran ilmu ini tidak dapat di temukan dan dikembalikan kepada data empiris melainkan kepada akal. Semua ilmu yang tidak tergantung kepada pengalaman dan eksperimen termasuk kepada kelompok ini, begitu juga logika. Secara umum filsafat membedakan dua sumber pengetahuan, yaitu indera dan budi. Maka pengetahuan yang mungkin dimiliki oleh manusia, yakni pengetahuan inderawi dan pengetahuan intelektif. 3. Kriteria Kebenaran Kebenaran merupakan suatu hubungan tertentu antara suatu kepercayaan dengan suatu fakta atau lebih diluar kepercayaan. Bila hubungan ini tidak ada, maka kepercayaan itu adalah salah. Suatu kalimat dapat disebut “banar” atau “salah”, meskipun tak seorang pun mempercayainnya, asalkan jika kalimat itu dipercaya, banar atau salahnya kepercayaan itu terletak pada masalahnya. Ada dua cara berfikir yang dapat kita gunakan untuk mendaptkan pengetahuan baru yang benar, yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi Induksi adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Cara penalaran ini mempunyaidua keuntungan. Pertama, kita dapat berfikir secara ekonomis. Meskipun eksperimen terbatas pada beberapa kasus individual, kita dapt bisa mendapat pengetahuan yang lebih umum tidak sekedar kasus yang menjadi dasar pemikiran kita. Kedua, pernyataan yang di hasilkan melalui cara berfikir induksi tadi memungkinkan proses penalaran selanjutnya, baik secar induktiv maupun deduktif. Deduksi merupakan kegiatan berfikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Deduksi adalah cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Usaha untuk mendefinisikan atau memberi batasan kebenaran mengalami banyak kesulitan misalnya sukar untuk menghindari proyeksi posisi seorang filsuf kedalam suatu definisi prasangka seorang filsuf dapt dilekkan pencerminan marilah kita sepakati bersama bahwa kebenaran adalah suatu pertimbangan yang sesuai dengan realitas kebenaran adalah suatu pertimbangan yang sesuai dengan realitas, bahwa pengetahuan kita mengenai realitas dan kenyataan sejajar secara harmonis, sehingga sistem- sistem pendapat yang diintegrasikan dalam benak kita secara terperinci tepat dengan dunia realitas. Kepercayaan tentang apa yang tidak perhan dialami, tidaklah berkenan Manuasia selalu dirangsan tentang kebenaran tidaklah berkenan dengan individu yang tidak pernah mengalami, tetapi berkenaan dengan kelas dimana tidak seorangpun dari anggotanya pernah dialami. Suatu kepercayaan harus selalu sanggup untuk dianalisis dan ke dalam unsur-unsur dimana pengalaman membuatnya dapat dipaham, tetapi bila suatu kepercayaan diuraikan dalam bentuk logis ia sering membaawa kita pada analisis yang berbeda, yang agaknya akan menyangkut komponen-komponen yang tidak diketahui dari pengalman. Bila analisis psikologis yang menyesatkan dihindari,kita dapat mengatakan secara umum bahwa setiap kepercayaan yang tidak semata-mata merupakan dorongan untukbertindak pada hakikatnya merupakan gambaran digabung dengan suatu perasaan yang mengiyakan atau meniadakan , dimana dalam perasaan yang mengiyakan hal ini adalah benar bila terdapat fakta yang menggambarkan kesamaan dengan yang diberikan sebuah prototipe terhadap bayangan, sedangkan dalam perasaan yang meniadakan, ia adalah benar bila tak terdapat fakta seperti itu. Suatu kepercayaaan yang tidak benar disebut salah. Inilah suatu definisi tentangn kebenaran. Manusia selalu dirangsang berbagai masalah tentang kebenaran. Dan berusaha merumuskan definisi tentang kebenaran. Tiga penafsiran utama telah timbul, yaitu: 1. Kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak 2. Sebenaran sebagai sesuatu yang subyektif, sebagai masalah pendapat pribadi 3. Kebenaran sebagai seuatu kesatuan yang tidak bisa dicapai, sesuatu yang tidak mungkin (ketidak mungkinan). Kebenaran-kebenaran tersebut didukung oleh argumentasi-argumentasi yang terkandung pada sifat kebenaran itu sendiri. Kebenaran yang mutlak dituntut untuk dapat dieterima secara umum dengan dukungan data dan argumentasi ilmiah yang kuat. Sifat kenbenaran mutlak ini menuntutb syarat-syarat yang lebih berat, sedangkan yang subyektif tentunya agak dibatasi oleh pengalaman subyek tertentu dalam lingkungan pergaulannya, dan kebenaran yang tisak bisa dicapai adalah pencapaian kebenaran atau kenyataan bahwa sesuatu tidak mungkin terjadi. Kebenaran pada hakikatnya adalah tujuan dari aktivitas ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, jadi mencari kebenaran sebagaimana telah dikemukakan adalah tujuan ilmu pengetahuan. Menurut A.Robert(2007) adapun kriteria pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Apabila pengetahuan dikatakan Baik, jika jawaban yang dijawab benar mean > 50% 2. Apabila Pengetahuan dikatakan Kurang Baik, jika jawaban benar ≤ 51% KESIMPULAN Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari aktifitas mengetahui, yakni tersingkatnya suatu pernyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya. Ilmu merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk memperadab dirinya, Ilmu dapat di anggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Dan seperti itu juga sistem- sistem yang lainnya mempunyai komponen- komponen yang berhubungan satu sama lainnya. Kebenaran merupakan suatu hubungan tertentu antara suatu kepercayaan dengan suatu fakta atau lebih diluar kepercayaan. Bila hubungan ini tidak ada, maka kepercayaan itu adalah salah. Suatu kalimat dapat disebut “banar” atau “salah”, meskipun tak seorang pun mempercayainnya, asalkan jika kalimat itu dipercaya, banar atau salahnya kepercayaan itu terletak pada masalahnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar A.Robert, 2007. Science research method.Paris : Envilopment Bobak, Margaret Duncan. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : YIA-PKP Cuningham, F. Gary.Dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Machfoedz, Eko Suryani. 2009. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Firamaya Manuaba, I.A Candradinata.Dkk. 2008 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC Manuaba, I.B Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Riset Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo,Sukidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Perry, Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC Rukiyah, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi.Jakarta : TIM Salmah. Dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC Sastrawinata, Sulaiman.Dkk. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Syarifudin, Yudhia Fratidhina. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta : TIM Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Yulianti, Devi.2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC Depkes RI. 2010 Angka Kematian Ibu.www.Google.com. Download 3 November 2011 Ensiklopedia bebas berbahasa 2011, Pengetahuan .www. Wikipedia. Co.Id. download:3 November 2011 IndonesiaMDG_BI. 2007.pdf. www.google.com. Download 3 november 2011 Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2006. www.google.com.Download 3 November 2011 Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2011/12/pengertian-dan-kriteria-ilmu.html#ixzz2TpmY0eWD Follow us: @aby_farhan on Twitter

Selasa, 14 Mei 2013

partus tak maju

Partus Tak Maju Partus Tak Maju Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.8 Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.10 Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.25 2.8.1. Penyebab Partus Tak Maju Penyebab partus tak maju yaitu : a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar) Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.27 Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.31 Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal. Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi : i. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam). ii. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi). iii. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).10   b. Presentasi yang abnormal Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong. b.1. Presentasi Dahi Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.32 Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.33 b.2. Presentasi Bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.27 Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. b.3. Presentasi Muka Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.32 c. Abnormalitas pada janin Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam. d. Abnormalitas sistem reproduksi Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.10 2.8.2. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju a. Ketuban pecah dini Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi. b. Pembukaan serviks yang abnormal Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).10 c. Bahaya ruptur uterus Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.23 Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal. d. Fistula Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.10 e. Sepsis puerferalis Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.34 Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.10 2.8.3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.35 b. Kematian Janin Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.10 2.9. Tanda Partus tak maju Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering) b. Demam c. Nyeri abdomen d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.10 2.10 Epidemiologi Partus Tak Maju 2.10.1. Distribusi Partus Tak Maju a. Orang Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh 195 kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia 20-34 tahun dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia > 34 tahun dengan proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 10,8%. Sedangkan pada paritas diperoleh 90 kasus terjadi pada paritas 1-4 dengan proporsi 46,2%, 59 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2% dan 46 kasus terjadi pada paritas ≥ 5 dengan proporsi 23,6%.16 Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi 23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%. Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%.22 b. Tempat dan Waktu Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab distosia. namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan penduduk kota yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan menyebabkan partus tak maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk panggul normal dan di Asia 80% wanita bentuk panggul normal.36 Penelitian Adhikari dkk di RS di India tahun 1993-1998 diperoleh 43.906 persalinan terdapat 245 kasus partus tak maju dengan proporsi 1%.37 Penelitian Ikojo dkk di RS Pendidikan Enugu Nigeria tahun 1999-2004 diperoleh 4.521 persalinan terdapat 120 kasus partus tak maju dengan proporsi 2,7%.38 Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001 diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan proporsi 50%.39 Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004 diperoleh proporsi partus tak maju 19,7% yaitu 1.418 kasus dari 7.163 persalinan.40 Hasil penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun 2006 diperoleh proporsi partus tak maju 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552 persalinan.41 2.10.2. Determinan dari Partus Tak Maju a. Host a.1. Usia Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).44 Sesuai dengan hasil penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.41 a.2. Paritas Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.27 Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.1 Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.39 a.3. Riwayat Persalinan Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan berikutnya.10 Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan kemungkinan 7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan jelek pada kasus didapatkan partus tak maju 24,6%.42 Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami persalinan macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.43 a.4. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin.1,10 Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm sebesar 1%.50 a.5. Pendidikan Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.43 b. Agent Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang panggul.36 c. Enviroment c.1. Keadaan Sosial ekonomi Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus macet. Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan makanan tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.10,27 c.2. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi : kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak digunakan). Kegagalan dalam bertindak terhadap faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak maju.10 2.11. Pencegahan 2.11.1. Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan : a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama kehamilan dan persalinan. b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi pra-nikah. c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah berkeluarga.1 d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi. e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu hamil terutama risiko tinggi f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida. g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil. h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat. i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik.10 2.11.2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu : a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi a.1. Pemeriksaan Abdomen Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen sebagai berikut : a.1.1. Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun a.1.2. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan uterus) a.1.3. Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin. a.1.4. Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi. a.2. Pemeriksaan Vagina Tanda-tandanya sebagai berikut : a.2.1. Bau busuk dari drainase mekonium a.2.2. Cairan amniotik sudah keluar a.2.3. Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung mekonium atau darah a.2.4. Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps. a.3. Pencatatan Partograf Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf menunjukan : a.3.1. Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder a.3.2. Kala II yang lama a.3.3. Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160 permenit) a.3.4. Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat. b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.10 2.11.3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat dan kematian, yaitu : a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam. b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif setelah melahirkan.10 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf

Selasa, 02 November 2010

tanggal 28 november 2010

saya akan membawa keluaga saya ke rumah dia .,.,
apa yang akan terjadi nanti ya .,.,.,
tu yang saya pikirin saat ini .,.,

Rabu, 16 Juni 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA TUNA SUSILA (WTS) TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN PENGGUNAAN KONDOM DI WILAYAH SABURAI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA TUNA SUSILA (WTS) TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN PENGGUNAAN KONDOM
DI WILAYAH SABURAI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010





Oleh :

TRISNA MAHARDIKA
NPM : 085142060





SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
STIKES – MITRA LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
Maret 2010



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut WTS merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, akan tetapi keberadaan tersebut ternyata masih menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pertanyaan apakah Wanita Tuna Susila (WTS) termasuk kaum yang tersingkirkan atau kaum yang terhina, hal tersebut mungkin sampai sekarang belum ada jawaban yang dirasa dapat mengakomodasi konsep Wanita Tuna Susila itu sendiri. Hal ini sebagian besar disebabkan karena mereka tidak dapat menanggung biaya hidup yang sekarang ini semuanya serba mahal.
Prostitusi di sini bukanlah semata-mata merupakan gejala pelanggaran moral tetapi merupakan suatu kegiatan perdagangan. Kegiatan prostitusi ini berlangsung cukup lama, hal ini mungkin disebabkan karena dalam prakteknya kegiatan tersebut berlangsung karena banyaknya permintaan dari konsumen terhadap jasa pelayanan kegiatan seksual tersebut oleh sebab itu semakin banyak pula tingkat penawaran yang di tawarkan.
Di negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini artinya bahwa para perempuan itu adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Karena pandangan semacam ini, para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat. Tetapi orang-orang yang mempekerjakan mereka dan mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan ini tidak mendapatkan cap demikian. (6 Maret 2010 dari http://www.pikiran rakyat.com/)
WTS dewasa ini merupakan salah satu penyebab utama terjangkitnya penyakit menular salah satunya adalah HIV/AIDS. Menurut Badan Organisasi Kesehatan Se-dunia (WHO) bila ditemukan 1 kasus, maka terdapat 100-200 penderita tersembunyi. Setiap hari ribuan anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV, berarti 1 kasus baru HIV setiap 6 detik di seluruh dunia, dari keseluruhan kasus baru 95 % terjadi di negara negara berkembang, karena belum mampu melaksanakan kegiatan penanggulangannya. Pada akhir tahun 2003 terdapat 40 Juta orang terinfeksi HIV/AIDS, di dunia diperkirakan setiap hari 8.219 orang meninggal dunia dan 1.192 meninggal diwilayah Asia fasifik (Ditjen PPM & PL,Depkes RI,2004). Selain HIV Aids, ada banyak jenis PMS yaitu yang paling umum dan paling penting untuk diperhatikan adalah: Gonore, Klamidia, Herpes Kelamin, Sifilis, dan Hepatitis.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, perkiraan para ahli sekitar 80.000 – 120.000 di Indonesia orang dengan HIV/AIDS dan diperkirakan 5 – 10 tahun mendatang 100.000 orang yang meninggal karena AIDS (BKKBN, 2006).
Wanita tunasusila (WTS) di Lampung yang merupakan kelompok berisiko tinggi terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS, masih minim mendapatkan akses informasi penyakit menular dan mematikan itu. Direktur Pelaksana Daerah (Dirpelda) PKBI Lampung, Herdi Mansyah A.I.B., Rabu (20-6), menyebutkan hasil penelitian (need assessment) IMS, HIV/AIDS oleh Sentra Kawula Muda Lampung (Skala) pada April 2007 lalu menunjukkan kenyataan, yakni minimnya akses informasi penyakit itu bagi kelompok berisiko tinggi. Menurut dia, kelompok berisiko tinggi itu juga memiliki kesadaran rendah dalam menggunakan kondom sebagai alat pencegahan IMS, HIV dan AIDS. Dia menyebutkan pula hasil temuannya, yakni kurangnya akses remaja dan kelompok risiko tinggi dalam mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, IMS, HIV dan AIDS.
Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang Sumatera dengan mobilitas penduduk sangat tinggi dari dan menuju Sumatera-Jawa, sehingga cukup kuat terimbas perilaku seksual remaja seperti di Jakarta dan kota besar lain di Pulau Jawa.
Mengutip data laporan Dinas Kesehatan Lampung, pada tahun 2004 terdapat 85 kasus HIV, delapan kasus AIDS. Angka tersebut terus meningkat, pada tahun 2005 menjadi 179 kasus (110 kasus HIV dan 49 kasus AIDS, 20 kasus meninggal).
Kasus HIV/AIDS di Lampung juga mulai ditemukan pada rentang usia 15-19 tahun.
"Kondisi itu menunjukkan adanya kasus keterpaparan HIV yang dimulai pada awal masa remaja, mengingat rentang waktu infeksi HIV hingga menjadi AIDS antara lima hingga tujuh tahun
Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular yang sering ditemukan di Indonesia. Hasil survei pada kelompok resiko tinggi di 27 propinsi di Indonesia periode 1992-1998 menunjukkan angka positif sifilis antara 3,4 - 7,6 %. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual, sehingga pekerja seksual merupakan populasi berperilaku resiko tinggi daalam penularan sifilis. Keberadaan wanita pekerja seksual di Tanjung Karang Kota Bandar Lampung dimungkinkan akan meningkatkan prevalensi sifilis pada masyarakat sekitarnya. Ditambah lagi lokasi prostitusi ini disekitar pusat perdagangan dan pusat pendidikan Provinsi Lampung, sehingga dimungkinkan akan memperluas penyebaran penyakit sifilis ke daerah lain. (Sherris Medical Microbiology (4th ed. ed.). McGraw Hill. Hal. 544–51. ISBN 0-8385-8529-9.)
Berdasarkan hasil presurvey pada tanggal 2 April 2010 di Saburai didapatkan bahwa WTS mengetahui tentang penyakit PMS dan mereka selalu membawa kondom didalam tasnya saat mereka berkerja.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk memilih judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Tuna Susila terhadap Penggunaan Kondom Dengan Penyakit Menular Seksual di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
1. WTS merupakan salah satu penyebab utama terjangkitnya menular salah satunya adalah HIV/AIDS. Menurut Badan Organisasi Kesehatan Se-Dunia (WHO) bila ditemukan 1 kasus, maka terdapat 100-200 penderita tersembunyi.
2. WTS di Lampung merupakan kelompok berisiko tinggi terkena penyakit infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS, masih minim mendapatkan akses informasi penyakit menular.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : “Bagaimana tingkat pengetahuan Wanita Tuna Susila terhadap Penggunaan Kondom Dengan Penyakit Menular Seksual di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan WTS tentang Penyakit Menular Seksual dengan Penggunaan Kondom di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengetahuan WTS tentang PMS di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.
b. Diketahui Presentase penggunaan kondom pada WTS di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.
c. Diketahui hubungan antara pengetahuan PMS dengan penggunaan di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.



1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta menerapkan ilmu-ilmu kesehatan yang telah di dapat selama pendidikan di Perguruan Tinggi Mitra Lampung.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Wanita Tuna Susila terhadap Penggunaan Kondom dengan Penyakit Menular Seksual di Saburai Kota Bandar Lampung dan dapat referensi kepustakaan di Perguruan Tinggi Mitra Lampung.
1.4.3 Bagi Responden
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi Wanita Tuna Susila tentang pentingnya penggunaan Kondom di Saburai Kota Bandar Lampung.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, hal tersebut sangat penting, dalam pembentukan prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005:3). Pengetahuan (knowladge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengungkapkan bahwa Tingkat pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Tahu artinya dapat mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real).
d. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi (penilaian) terhadap suatu objek materi atau objek penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau responden.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh (Hurlock, 1998).
2.2 WTS
2.2.1 Pengertian
Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin betina lawan jenis dari wanita adalah pria atau laki-laki. Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga bisa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16-21 tahun disebut juga dengan anak gadis. Perempuan yang memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui (Haryanti. R, 2008).
WTS adalah setiap orang yang memperjualkan seks dengan uang atau dengan bermacam-macam jenis keuntungan kepada siapapun tanpa keterlibatan emosi sama sekali.
WTS adalah salah satu bentuk prilaku yang menyimpang dimasyarakat yaitu prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat. Pengertian pekerja atau buruh, jelas Karmas, yaitu setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Namun, bukan untuk orang-orang yang berprofesi sebagai WTS. Kata “pekerja” sudah bisa dipastikan ada hubungannya dengan lapangan pekerjaan serta orang atau badan hukum yang mempekerjakan dengan standar upah yang dibayarkan. Kemudian, lapangan pekerjaan yang diperbolehkan harus memenuhi syarat-syarat kerja secara normatif yang diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk sistem pengupahan dan keselamatan kesehatan kerja.

2.2.2 Faktor-Faktor yang menyebabkan PSK dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bermoral :
Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang merupakan suatu kegiatan seks yang dianggap tidak bermoral oleh banyak agama. Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan yang berkaitan dengan tugas reproduksi yang tidak seharusnya digunakan secara bebas demi untuk memperoleh uang.
WTS dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan melecehkan nilai sakral perkawinan. Kaum wanita membenci WTS karena dianggap sebagai pecuri cinta dari laki-laki (suami) mereka sekaligus pencuri hartanya.
2.2.3 Ciri khas WTS
Wanita, lawan WTS adalah gigolo (WTS pria), Biasanya cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik Muda, Pakaian mencolok, beraneka warna, eksentrik Teknik seksual mekanistik, cepat, tidak hadir secara psikis Mobile Berasal dari strata ekonomi rendah 60-80 % intelektual normal.


Motif yang melatarbelakangi
Motif yang melatar belakangi seorang wanita menjadi WTS yaitu kesulitan hidup, nafsu seks abnormal, tekanan ekonomi, aspirasi materiil tinggi, kompensasi terhadap perasaan inferior, ingin tahu pada masalah seks, pemberontakan terhadap otoritas orang tua, simbol keberanian dan kegagahan, gadis dari daerah slums dengan lingkungan immoril, bujuk rayu laki-laki dan/calo, stimulasi seksual melalui film, gambar, bacaan, pelayan dan pembantu RT, penundaan perkawinan, disorganisasi dan disintegrasi kehidupan keluarga, mobilitas pekerjaan atau jabatan pria, ambisi besar mendapatkan status sosial ekonomi tinggi, mudah dilakukan, pecandu narkoba, traumatis cinta, ajakan teman, dan tidak dipuaskan pasangan suami

2.2.4 Kategori WTS
Kategori yang dapat dilihat pada wts meliputi, pergundikan, tante girang, gadis penggilan, gadis bar, gadis juvenile delinguent, gadis binal, gadis taksi, penggali emas,hostes atau pramuria, promiskuitas

2.2.5 Penanggulangan prostitusi

2.2.5.1 Preventif
Penyempurnaan UU larangan/pengaturan penyelenggaraan WTS Intensifikasi pendidikan keagamaan Kesibukan untuk penyaluran energi yang positif Memperluas lapangan kerja Pendidikan seks Koordinasi berbagai instansi untuk pencegahan/penyebaran WTS Penyitaan buku, film dan gambar porno Meningkatkan kesejahteraan rakyat
2.2.5.2 Represif dan kuratif (menekan, menghapuskan dan menyembuhkan wanita dari ketunasusilaannya)
Melakukan pengawasan dan kontrol yang sangat ketat terhadap lokalisasi yang sering ditafsirkan sebagai legalisasi Aktivitas rehabilitasi dan resosialisasi Penyempurnaan tempat penampungan dan pembinaan Pemberian pengobatan Membuka lapangan kerja baru Pendekatan keluarga Mencarikan pasangan hidup Pemerataan penduduk dan perluasan lapangan kerja.
2.2.5.3 Peran sebagai petugas kesehatan
Memberikan pelayanan secara sopan seperti melayani pasien-pasien yang lain Belajar membuat diagnosa dan mengobati PMS Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan cobalah menjaga kelangsungan pengadaan obat Cari pengadaan kondom yang cukup dan rutin bagi masyarakat.
Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS dan obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang.

2.2.5.4 Penyakit Menular Seksual
2.2.5.4.1 Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral dan seks anal. Kata penyakit menular seksual semakin banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada arti orang yang mungkin terinfeksi, dan mungkin mengeinfeksi orang lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik dan juga kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun.
PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

2.2.5.4.2 Penyebab
PMS adalah penyakit- penyakit yang dapat ditularkan melalui berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal, seks tanpa pelindung salah satunya kondom, mulai aktif melakukan seksual secara dini, dan penyalahgunaan obat.
2.2.5.4.3 Tanda dan Gejala PMS
Apa saja tanda dan gejala PMS? Oleh karena bentuk dan letak alat kelaminnya yang menonjol, pada laki-laki gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari.
Pada laki-laki gejala-gejala infeksi PMS antara lain:
a. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin
b. Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin
c. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam
d. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
e. Rasa sakit yang hebat pada saat kencing
f. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk
g. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok
h. Kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus menerus, dan sering demam serta berkeringat malam
Pada perempuan gejala-gejala PMS antara lain:
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah
c. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin
d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
f. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
g. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

2.2.5.4.4 Jenis PMS
Beberapa penyakit menular seksual:
a. Klamidia – klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.
b. Gonore – gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan. 40% penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan.
c. Hepatitis B – vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan kanker hati.
d. Herpes – terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan.
e. HIV/AIDS – dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan muda. Virus ini fatal dan menimbulkan rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal.
f. Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.
g. Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
h. Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature. lama sebelum kemudian meninggal.
i. Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.
j. Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
k. Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral dan seks anal. Kata penyakit menular seksual semakin banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada arti orang yang mungkin terinfeksi, dan mungkin mengeinfeksi orang lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik dan juga kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun.
Terkadang, PMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat Asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.
Pada wanita, PMS bahkan tidak dapat terdeteksi. Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain.
Kebanyakan PMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, PMS menghancurkan diding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika PMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. PMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita.
Pada saat ini, klamidia lebih banyak diperhatikan. Seperti halnya gonore, klamidia dapat menyebabkan kemandulan. Herpes menyebabkan gejala-gejala yang bisa muncul dan hilang seumur hidup. Sifilis dapat menyebabkan kerusakan yang berat jika tidak diobati. Sementara AIDS, yang disebabkan oleh HIV menghancurkan sistem kekebalan tubuh, membuat orang sakit dan bahkan meninggal.



Pencegahan PMS
a. Bagi kamu yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan hubungan seksual
b. Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah
c. Hindari hubungan seks yang tidak aman atau beresiko
d. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS
e. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

2.3 Kondom
2.3.1 Pengertian
Masih belum jelas dari mana kata "kondom" berasal. Ada yang menduga kata itu berasal dari sebuah kota bernama Condom yang terletak di provinsi Gascony, sebelah barat daya Prancis. Pria-pria dari kota Condom ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks, kurang sabar, dan gampang marah, kurang lebih seperti karakter tokoh Cyrano de Bergerac dalam drama karya sutradara Edmond Rostrands.
Pendapat lain mengatakan kata kondom diambil dari nama Dr.Condom, seorang dokter asal Inggris yang bergelar Pangeran. Pada pertengahan tahun 1600, ia yang mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King Charles II dari penularan penyakit kelamin.
Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai "sarung".

2.3.2 Manfaat Kondom
Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Biasanya dibuat dari karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh atau berhubungan suami istri).
2.3.3 Jenis Kondom
Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastik (polietilen). Bentuknya ada yang ujungnya rata, ada juga yang ujungnya memiliki penampung untuk penampung sperma. Pada saat ini yang banyak beredar di pasaran adalah bentuk kondom yang memiliki bundaran kecil di ujungnya sebagai penampung sperma. Warnanya ada yang tidak tembus pandang, ada pula yang transparan, dengan berbagai macam warna. Sekarang ini, jenis transparan dengan berbagai macam warna sesuai aroma adalah yang banyak beredar di pasaran. Lubrikasinya ada yang menggunakan minyak silikon, Jelly, bedak atau yang kering. Jelly dan bedak untuk saat ini jarang digunakan pada kondom yang beredar di Indonesia. Ketebalannya kondom memiliki ketebalan yang standar dan tipis. Biasanya orang cenderung memilih yang sangat tipis untuk kenyamanan dalam pemakaian. Permukaannya hem, bergelombang, tidak licin. Sekarang ini permukaan kondom semakin bervariatif. Para produsen kondom lebih kreatif untuk menarik konsumen untuk menggunakan kondom. Misalnya saja sekarang banyak beredar kondom yang bergerigi, berulir dll. Hal ini betujuan untuk menambah sensasi dalam hubungan suami istri yang menggunakan kondom. Spermicida kondom yang beredar ada yang menggunakan spermicida, ada juga yang tidak. Spermicida yang digunakan biasanya nonoxyne-9 atau menfegol. Spermicida berfungsi untuk membunuh sperma. Penggunaan spermicida ini untuk menambah efektifitas kondom sebagai alat kontrasepsi.
2.3.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :




Gambar 1. Kerangka Konsep
2.3.5 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003).

Variabel Dependen Variabel Independen



Gambar 2. Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari penelitian yang kebenarannya masih harus diteliti lebih lanjut (Arikunto, 2002).
Berdasarkan kerangka kerja diatas penulis mengajukan hipotesis yaitu : Bagaimana hubungan pengetahuan WTS tentang Penyakit Menular Seksual dengan Penggunaan Kondom di Saburai Kota Bandar Lampung tahun 2010.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskritif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu yang objektif (Notoadmodjo, 2005). Penelitian dilaksanakan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat itu sehingga setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter subjek pada saat penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang Penggunaan Kondom dan Penyakit Menular Seksual di Kota Bandar.

3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu rumusan nyata, pasti tidak membingungkan, rumusan tersebut dapat diobservasi dan diukur, untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti (Notoadmodjo, 2005).
Adapun dalam penelitian ini variabel yang akan di definisikan secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel Definisi Operasional
No Variabel/Sub Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Kriteria
Nilai
Variabel Dependen
A Pengetahuan WTS tentang PMS Kemampuan WTS dalam menjawab pertanyaan
- Pengertian
- Penyebab
- Tanda dan gejala
- Pencgahan
- Cara mengatasi PMS
Angket Kuesioner Nilai 1 apabila Tahu (apabila bisa menjawab pengetahuan tentang PMS)

Nilai 0 : Tidak tahu (apabila bisa menjawab pengetahuan tentang PMS)

Ordinal
Variabel Independen
B Penggunaan Kondom Prilaku WTS dalam upaya menyediakan kondom dan menggunakannya
Angket Kuesioner Menggunakan dan menyediakan kondom nilainya 1

Tidak menggunakan dan menyediakan kondom nilainya 0
Ordinal

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan bulan April di Saburai Bandar Lampung 2010.

3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006) yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Wanita Tuna Susila yang berada di Saburai Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dengan jumlah ± 56 orang.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005).
Menurut Arikunto (2006) sample adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah Wanita Tuna Susuila di Saburai Bandar Lampung dengan teknik pengambilan sampel dengan cara random (secara acak) sebanyak 30 orang dari jumlah populasi yang ada. Dengan kriteria sampel wanita yang bekerja sebagai WTS yang ada di Saburai Bandar Lampung.
3.4.3 Lokasi
Penelitian yang dilakukan di Saburai Bandar Lampung Tahun 2010, dengan alasan lokasi penelitian mudah ditemui dan berada di tengah-tengah kota Bandar Lampung dan jumlah sampel mencukupi.

3.4.4 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Menurut Notoatmodjo (2005) instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan instrumen penelitian kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laboran tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui.



Dalam penelitian ini cara pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Menurut Notoatmodjo (2005) angket adalah suatu pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum.
Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang tentang 8 pertanyaan yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, jenis PMS, pencegahan. Dan 10 pertanyaan yentang kondom.
Cara melakukan pangambilan sampel secara random dengan memberikan angket pertayaan. Kuesioner ini berisi 18 pertanyaan pada setiap item pertanyaan terdapat limat alternatif jawaban, bila benar mendapat skor “1” dan apabila jawaban salah mendapat skor “0”. Untuk kepentingan analisa ditetapkan pula skor tersebut ke dalam kriteria tahu dan tidak tahu.

3.4.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan membagikan kuesioner yang diisi oleh responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bandar Lampung.
3.4.6 Etika Penelitian
Tujuan penelitian harus etik, dalam arti subjek penelitian dan yang lainnya harus dilindungi (Nursalam, 2003).beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi : kerahasiaan, bebas daru penderita, bebas menolak jadi responden, dan perlu surat persetujuan (informed consent). Untuk itu perlu mengajukan izin kepada pihak pengelola tempat hiburan dan subjek yang diteliti dengan bepedoman pada prinsip etik.


3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual sebagai berikut :

1. Editing
Dilakukan pengecekan akan kelengkapan data pada format kuesioner terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendataan ulang.
2. Coding
Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah memasukkan data ke dalam tabel.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan kemudian data dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.
4. Prosesing
Adalah menghitung atau mencatat data yang telah terkumpul, selanjutnya diolah dengan tabel distributif frekuensi.
5. Cleaning
Suatu kegiatan pembersihan data, terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan. Dapat dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel–variabel dan menilai kelogisannya.




2. Analisa Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa secara
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi atau besarnya proposi menurut variabel yang diteliti dan juga berguna untuk mengetahui karakteristik atau gambaran dan variabel dependen dan variabel independen (Arikunto, 1998).

2. Analisis Bivariat
Analisis bivarat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan WTS tentang PMS dengan penggunaan kondom.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dikarenakan kedua vriabel merupakan data kaegorik.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat kemaknaan hubungan antara dua variabel, yaitu:
- Jika probalitas (p value) ≤ 0.05 maka bermakna/signifikan, berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen atau hipotesis (Ho) ditolak.
- Jika probalitas (p value) > 0.05 maka tidak bermakna/signifikan, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho) diterima.











3. Alat dan bahan penelitian
a. Alat
Alat yang digunakan adalah berupa analisa statistik melalui penyebaran angket atau kuesioner.
b. Bahan
Adalah literatur-literatur penunjang yang berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat

4. Jadwal dan Biaya Penelitian
1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan/Minggu
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Skripsi
7 Ujian Skripsi
8 Revisi dan Penjilidan

2. Biaya Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan biaya dari peneliti sendiri